MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN
Tentang
METODE EKSPERIMEN
Oleh :
Kelompok 11 (
Sebelas )
M.Rusdi : 409. 272
Dalil Tambak : 409. 357
Dalil Tambak : 409. 357
Dosen Pembimbing :
Dr.H.Gusril Kenedi,M.Pd
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M
KATA
PENGANTAR
Hamdan wa
syukron lillah,Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana
dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita
kirimkan kepada Allah semoga disampaikan kepada uswah dan khuduwah kita
Rasulullah Muhammad SAW contoh suri tauladan sekalian alam.
Tak lupa
kami juga mengucapkan terimaksih untuk segala pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini terutama kepada Bapak Dr.H.Gusril Kenedi,M.Pd selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Metodologi Penelitian II ini. Kami
sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami mohon kritik
serta saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.
Semoga
makalah ini bermamfaat bagi pembaca umumnya
dan penulis khususnya dan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan di
bidang ilmu pengetahuaan.
Pemakalah
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
metodologi penelitian banyak metode–metode yang harus kita ketahui karena
metode – metode tersebut sangat berguna bagi peneliti dalam melakukan
penelitian terhadap suatu kasus, salah satunya metodologi penelitian
eksperimen.
Eksperimen
merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang
muncul pada kondisi tertentu, dengan cara melakukan pengamatan dan kontrol yang
cermat, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat dari munculnya gejala –
gejala tersebut(Slamet:2006).
Keberhasilan
eksperimen banyak ditentukan ketelitian seseorang dalam melakukan kontrol
terhadap berbagai gejala yang muncul serta situasi munculnya gejala. Oleh
karena itu pelaksanaan eksperimen banyak menuntut kontrol yang cermat setiap
variabel dan berbagai faktor yang berkaitan dengan operasionalnya( Muhammad
Ali:1982:148).
Untuk itu
dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut tentang hal yang berkaitan
dengan metodologi penelitian eksperimen diantaranya :
1.
Pengertian Eksperimen
2.
Karakteristik Eksperimen
3.
Syarat Desain Eksperimen
4.
Langkah – langkah Eksperimen
5.
Jenis – jenis Desain Eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif,
dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol.
Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen
karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam
metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol
variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian
lain(Sumadi Suryabrata:1983).
A. Pengertian
Eksperimen
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen
sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas,
yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh
peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa metodologi eksperimen merupakan suatu metode atau cara yang digunakan
dalam penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang
sengaja di manipulasi oleh peneliti.
B.
Karakteristik
Penelitian
Ada tiga
hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental(Jalaludin Rahmat:1984) :
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah
satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan
antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh
perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti
menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan
keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau
membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variabel.
3. Pengamatan, dimana peneliti
melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh
manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain
(terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
C. Syarat
Desain Eksperimen
Salah satu
syarat untuk menentukan atau memilih desain eksperimen yang akan digunakan,agar
memperoleh hasil yang benar adalah validitas dari desain yang digunakan untuk
melakukan eksperimen terhadap suatu masalah.
Suatu
eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh
variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat
digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009)
Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan
eksternal.
1.
Validitas
Internal
Validitas ini mengacu pada kondisi
bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas adalah suatu hasil langsung
dari variabel beas yang dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan
Stanley (dalam Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi
delapan ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
a. Historis, dimana munculnya suatu
kejadian yang bukan bagian dari perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan,
tetapi mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.
b. Maturasi, dimana terjadi perubahan
fisik atau mental peneliti atau obyek yang diteliti yang mungkin muncul selama
suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.
c. Testing, dimana sering terjadi
ketidak efektifan suatu penelitian yang menggunakan metode test karena suatu
kegiatan test yang dilakukan dengan menggunakan pra test dan post test, apalagi
dengan rentang waktu yang cukup panjang, dan terkadang nilai pra test dan post
test yang sama.
d. Instrumentasi, instrumentasi sering
muncul karena kurang konsistensinya instrumen pengukuran yang mungkin
menghasilkan penilaian performansi yang tidak valid. Dimana jika dua test
berbeda digunakan untuk pratest dan postest, dan test-test tersebut tidak sama
tingkat kesulitannya, maka instrumentasi dapat muncul.
e. Regresi Statistik, dimana regresi
statistik ini sering muncul bila subyek dipilih berdasarkan skor ekstrem dan
mengacu pada kecenderungan subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada
pratest ke skor yang lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.
f. Seleksi subyek yang berbeda, dimana
biasanya muncul bila kelompok yang ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa
kelompok tersebut mungkin berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.
g. Mortalitas, dimana sering terjadi
bahwa subyek yang terkadang drop out dari lingkup penelitian dan memiliki
karakteristik kuat yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
h. Interaksi seleksi Maturasi, dimana
satu kelompok akan termaturasi dengan hasil kelompok lain tanpa melalui
perlakuan.
2.
Validitas
Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan
generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel
populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain pada
waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir
(2009) mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal,
diantaranya:
a. Interaksi Prates-Perlakuan, dimana
biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada setiap perlakuan karena
mengikuti prates.
b. Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana
akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak sehingga seleksi
subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.
c. Spesifisitas Variabel, adalah suatu
ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas dari desain
eksperimental yang digunakan.
d. Pengaturan Reaktif, mengacu pada
faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana penelitian dilakukan dan
perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
e. Interferensi Perlakuan Jamak,
biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari satu perlakuan
dalam pergantian.
f. Kontaminasi dan Bias Pelaku
Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti mempengaruhi hasil
penelitian.
D. Langkah
– langkah Eksperimen
Dalam melakukan eksperimen agar dapat diperoleh hasil yang
optimal( Muhammad Ali:198:131) maka harus menempuh langkah – langkah sebagai
berikut:
1. meneliti literature yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi
masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara
lengkap dan operasional
5. Melaksanakan eksperimen ( mengumpulkan
data)
6. Menyusun data untuk memudahkan
pengolahan
7. Menentukan taraf arti yang akan
digunakan dalam menguji hipotesis
8. Mengolah data dengan metode
statistika.
E.
Jenis-Jenis
Desain Penelitian Eksperimental
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mengemukakan kriteria-kriteria
untuk suatu desain penelitian eksperimental yang baik, diantaranya;
1. Kontrol eksperimental yang memadai
2. Mengurangi artifisialitas (dalam
merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-eksperimen)
3. Dasar untuk perbandingan dalam
menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
4. Informasi yang memadai dari data
yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
5. Data yang diambil tidak
terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh
6. Tidak mencampurkan variabel yang
relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi:
a. Keterwakilan dengan menggunakan
randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
b. Kecermatan terhadap karakteristik
desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan.
Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimental dalam
dua kategori yakni:
1.
Desain
Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi) yang
terdiri atas;
a. Pra-Experimental Designs
(non-designs)
Dikatakan pre-experimental design,
karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini
disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan
variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel
kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-experimental designs
antara lain:
1) One-Shot Case Study (Studi Kasus
Satu Tembakan)
Dimana
dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai
variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
2) One Group Pretest-Posttest Design
(Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau
pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
3) Intact-Group Comparison
Pada
desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
b. True Experimental Design
Dikatakan true experimental
(eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok
kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi
atas :
1. Posstest-Only Control Design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.
2. Pretest-Posttest Control Group
Design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
3. The Solomon Four-Group Design
Dalam
desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua
kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok
pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah
itu keempat kelompok ini diberi posttest.
4. Quasi Experimental Design
Bentuk
desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design,
yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik
dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.Desain
eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a) Time Series Design
Dalam
desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara
random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali
dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay
diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian
ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok
kontrol.
b) Nonequivalent Control Group Design
Desain
ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain
ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan,
kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua
kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir
diberikan postes.
c) Conterbalanced Design
Desain
ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang
berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
1) Desain Faktorial, yang melibatkan
dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain
faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan
membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual
dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan
dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel
eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel
kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level
khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metodologi penelitian eksperimen merupakan suatu cara yang
digunakan dalam penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua
variable yangdisengaja dmanipulasi leh peneliti.
Adapun karakteristik dari penelitian eksperimen adalah :
1. Manipulasi
2. Pengendalian
3. Pengamatan
Syarat dari desain eksperimen itu sendiri adalah validitas yang terdiri dari dua bagian
yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Langkah – langkah Eksperimen:
1. meneliti literature yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi
masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara
lengkap dan operasional
5. Melaksanakan eksperimen (
mengumpulkan data)
6. Menyusun data untuk memudahkan
pengolahan
7. Menentukan taraf arti yang akan
digunakan dalam menguji hipotesis
8. Mengolah data dengan metode
statistika.
Jenis-Jenis Desain Penelitian
Eksperimenta :
l. Pra-Experimental Designs (non-designs):
2) The One-Shot Case Study
3) The One Group Pretest-Posttest
Design
4) The Intact-Group Comparison
2. True Experimental Design
·
The
Posstest-Only Control Design
·
The
Pretest-Posttest Control Group Design
·
The
Solomon Four-Group Design
·
The
Quasi Experimental Design
B. Saran
Demikianlah makalah ini, semoga
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Dan pemakalah sangat
menyadari bahwa makalah ini masih juah dari kata sempurna untuk kami mohon
kritik dan saran yan membangun demi perbaikan dalam penulisan kedepanya amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.
Domu,
Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi
Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas
Negeri Manado: 2009.
Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.
Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.
Ali,Muhammad :PenelitianKependidikan Prosedur dan Strategi : Angkasa,Bandung,1982
Slamet
:Pengantar Penelitian Kuantitatif
,UNS,Surakarta,2006
Suryabrata,Sumadi
: Metodologi Penelitian,RajaGrafindo
Persada,Jakarta,1983
Rahmat,Jalaludin
:Metodologi Penelitian Komunikasi,Remaja
Rosdakarya,Bandung1984
Oleh :
Kelompok 11 (
Sebelas )
M.Rusdi : 409. 272
Dalil Tambak :
409. 357
Dosen Pembimbing :
Dr.H.Gusril Kenedi,M.Pd
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M
KATA
PENGANTAR
Hamdan wa
syukron lillah,Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana
dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita
kirimkan kepada Allah semoga disampaikan kepada uswah dan khuduwah kita
Rasulullah Muhammad SAW contoh suri tauladan sekalian alam.
Tak lupa
kami juga mengucapkan terimaksih untuk segala pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini terutama kepada Bapak Dr.H.Gusril Kenedi,M.Pd selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Metodologi Penelitian II ini. Kami
sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami mohon kritik
serta saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.
Semoga
makalah ini bermamfaat bagi pembaca umumnya
dan penulis khususnya dan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan di
bidang ilmu pengetahuaan.
Pemakalah
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
metodologi penelitian banyak metode–metode yang harus kita ketahui karena
metode – metode tersebut sangat berguna bagi peneliti dalam melakukan
penelitian terhadap suatu kasus, salah satunya metodologi penelitian
eksperimen.
Eksperimen
merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang
muncul pada kondisi tertentu, dengan cara melakukan pengamatan dan kontrol yang
cermat, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat dari munculnya gejala –
gejala tersebut(Slamet:2006).
Keberhasilan
eksperimen banyak ditentukan ketelitian seseorang dalam melakukan kontrol
terhadap berbagai gejala yang muncul serta situasi munculnya gejala. Oleh
karena itu pelaksanaan eksperimen banyak menuntut kontrol yang cermat setiap
variabel dan berbagai faktor yang berkaitan dengan operasionalnya( Muhammad
Ali:1982:148).
Untuk itu
dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut tentang hal yang berkaitan
dengan metodologi penelitian eksperimen diantaranya :
1.
Pengertian Eksperimen
2.
Karakteristik Eksperimen
3.
Syarat Desain Eksperimen
4.
Langkah – langkah Eksperimen
5.
Jenis – jenis Desain Eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif,
dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol.
Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen
karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam
metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol
variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian
lain(Sumadi Suryabrata:1983).
A. Pengertian
Eksperimen
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen
sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas,
yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh
peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa metodologi eksperimen merupakan suatu metode atau cara yang digunakan
dalam penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang
sengaja di manipulasi oleh peneliti.
B.
Karakteristik
Penelitian
Ada tiga
hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental(Jalaludin Rahmat:1984) :
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah
satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan
antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh
perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti
menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan
keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau
membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variabel.
3. Pengamatan, dimana peneliti
melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh
manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain
(terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
C. Syarat
Desain Eksperimen
Salah satu
syarat untuk menentukan atau memilih desain eksperimen yang akan digunakan,agar
memperoleh hasil yang benar adalah validitas dari desain yang digunakan untuk
melakukan eksperimen terhadap suatu masalah.
Suatu
eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh
variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat
digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009)
Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan
eksternal.
1.
Validitas
Internal
Validitas ini mengacu pada kondisi
bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas adalah suatu hasil langsung
dari variabel beas yang dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan
Stanley (dalam Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi
delapan ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
a. Historis, dimana munculnya suatu
kejadian yang bukan bagian dari perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan,
tetapi mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.
b. Maturasi, dimana terjadi perubahan
fisik atau mental peneliti atau obyek yang diteliti yang mungkin muncul selama
suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.
c. Testing, dimana sering terjadi
ketidak efektifan suatu penelitian yang menggunakan metode test karena suatu
kegiatan test yang dilakukan dengan menggunakan pra test dan post test, apalagi
dengan rentang waktu yang cukup panjang, dan terkadang nilai pra test dan post
test yang sama.
d. Instrumentasi, instrumentasi sering
muncul karena kurang konsistensinya instrumen pengukuran yang mungkin
menghasilkan penilaian performansi yang tidak valid. Dimana jika dua test
berbeda digunakan untuk pratest dan postest, dan test-test tersebut tidak sama
tingkat kesulitannya, maka instrumentasi dapat muncul.
e. Regresi Statistik, dimana regresi
statistik ini sering muncul bila subyek dipilih berdasarkan skor ekstrem dan
mengacu pada kecenderungan subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada
pratest ke skor yang lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.
f. Seleksi subyek yang berbeda, dimana
biasanya muncul bila kelompok yang ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa
kelompok tersebut mungkin berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.
g. Mortalitas, dimana sering terjadi
bahwa subyek yang terkadang drop out dari lingkup penelitian dan memiliki
karakteristik kuat yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
h. Interaksi seleksi Maturasi, dimana
satu kelompok akan termaturasi dengan hasil kelompok lain tanpa melalui
perlakuan.
2.
Validitas
Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan
generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel
populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain pada
waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir
(2009) mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal,
diantaranya:
a. Interaksi Prates-Perlakuan, dimana
biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada setiap perlakuan karena
mengikuti prates.
b. Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana
akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak sehingga seleksi
subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.
c. Spesifisitas Variabel, adalah suatu
ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas dari desain
eksperimental yang digunakan.
d. Pengaturan Reaktif, mengacu pada
faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana penelitian dilakukan dan
perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
e. Interferensi Perlakuan Jamak,
biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari satu perlakuan
dalam pergantian.
f. Kontaminasi dan Bias Pelaku
Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti mempengaruhi hasil
penelitian.
D. Langkah
– langkah Eksperimen
Dalam melakukan eksperimen agar dapat diperoleh hasil yang
optimal( Muhammad Ali:198:131) maka harus menempuh langkah – langkah sebagai
berikut:
1. meneliti literature yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi
masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara
lengkap dan operasional
5. Melaksanakan eksperimen ( mengumpulkan
data)
6. Menyusun data untuk memudahkan
pengolahan
7. Menentukan taraf arti yang akan
digunakan dalam menguji hipotesis
8. Mengolah data dengan metode
statistika.
E.
Jenis-Jenis
Desain Penelitian Eksperimental
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mengemukakan kriteria-kriteria
untuk suatu desain penelitian eksperimental yang baik, diantaranya;
1. Kontrol eksperimental yang memadai
2. Mengurangi artifisialitas (dalam
merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-eksperimen)
3. Dasar untuk perbandingan dalam
menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
4. Informasi yang memadai dari data
yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
5. Data yang diambil tidak
terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh
6. Tidak mencampurkan variabel yang
relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi:
a. Keterwakilan dengan menggunakan
randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
b. Kecermatan terhadap karakteristik
desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan.
Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimental dalam
dua kategori yakni:
1.
Desain
Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi) yang
terdiri atas;
a. Pra-Experimental Designs
(non-designs)
Dikatakan pre-experimental design,
karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini
disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan
variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel
kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-experimental designs
antara lain:
1) One-Shot Case Study (Studi Kasus
Satu Tembakan)
Dimana
dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai
variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
2) One Group Pretest-Posttest Design
(Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau
pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
3) Intact-Group Comparison
Pada
desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
b. True Experimental Design
Dikatakan true experimental
(eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok
kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi
atas :
1. Posstest-Only Control Design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.
2. Pretest-Posttest Control Group
Design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
3. The Solomon Four-Group Design
Dalam
desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua
kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok
pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah
itu keempat kelompok ini diberi posttest.
4. Quasi Experimental Design
Bentuk
desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design,
yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik
dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.Desain
eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a) Time Series Design
Dalam
desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara
random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali
dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay
diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian
ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok
kontrol.
b) Nonequivalent Control Group Design
Desain
ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain
ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan,
kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua
kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir
diberikan postes.
c) Conterbalanced Design
Desain
ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang
berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
1) Desain Faktorial, yang melibatkan
dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain
faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan
membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual
dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan
dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel
eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel
kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level
khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metodologi penelitian eksperimen merupakan suatu cara yang
digunakan dalam penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua
variable yangdisengaja dmanipulasi leh peneliti.
Adapun karakteristik dari penelitian eksperimen adalah :
1. Manipulasi
2. Pengendalian
3. Pengamatan
Syarat dari desain eksperimen itu sendiri adalah validitas yang terdiri dari dua bagian
yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Langkah – langkah Eksperimen:
1. meneliti literature yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi
masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara
lengkap dan operasional
5. Melaksanakan eksperimen (
mengumpulkan data)
6. Menyusun data untuk memudahkan
pengolahan
7. Menentukan taraf arti yang akan
digunakan dalam menguji hipotesis
8. Mengolah data dengan metode
statistika.
Jenis-Jenis Desain Penelitian
Eksperimenta :
l. Pra-Experimental Designs (non-designs):
2) The One-Shot Case Study
3) The One Group Pretest-Posttest
Design
4) The Intact-Group Comparison
2. True Experimental Design
·
The
Posstest-Only Control Design
·
The
Pretest-Posttest Control Group Design
·
The
Solomon Four-Group Design
·
The
Quasi Experimental Design
B. Saran
Demikianlah makalah ini, semoga
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Dan pemakalah sangat
menyadari bahwa makalah ini masih juah dari kata sempurna untuk kami mohon
kritik dan saran yan membangun demi perbaikan dalam penulisan kedepanya amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.
Domu,
Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi
Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas
Negeri Manado: 2009.
Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.
Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.
Ali,Muhammad :PenelitianKependidikan Prosedur dan Strategi : Angkasa,Bandung,1982
Slamet
:Pengantar Penelitian Kuantitatif
,UNS,Surakarta,2006
Suryabrata,Sumadi
: Metodologi Penelitian,RajaGrafindo
Persada,Jakarta,1983
Rahmat,Jalaludin
:Metodologi Penelitian Komunikasi,Remaja
Rosdakarya,Bandung1984
0 komentar:
Posting Komentar