Hai sobat semua'' berjumpa lagi dengan saya Muhammad Rusdi. Baiklah pada postingan kali ini saya akan membuat artikel tentang makalah Sejarah Pendidikan Islam, semoga artikel ini membantu sobat semua amin....
MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Tentang
“Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode
Pertumbuhan Pendidikan Islam”
Oleh
Kelompok
V
M. Rusdi 409.272
Jamnisef 409.189
Zeni
Mardesnita 409.223
Septika
Hasyani 409.229
Mike
Aisyah 409.049
Dosen
Pembimbing
Dr.
Rehani, M. Ag
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
T.A 2012 M/ 1433 H
KATA
PENGANTAR
Assalamuilaikum
wr.wb
Puji dan syukur
diucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya,
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan lancar. Shalawat dan Salam
juga tidak lupa diucapkan kepada Nabi
Muhammad Saw, sebagai Uswah dalam kehidupan, juga kepada keluarga, dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama dosen
pembimbing mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam (SPI) yakni Dr. Rehani,
M. Ag, hingga selesainya makalah ini dengan baik. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada beliau dan juga kepada
semua pihak yang telah berkonstribusi hingga
terbitnya makalah ini.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh kesempurnaan keilmiahannya, untuk itu sangat diharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, sehingga kedepannya lebih
baik lagi, sebelumnya diucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Padang, 24 Januari 2012
Pemakalah
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR………………………………..... .
DAFTAR ISI…………………………………………..... .
BAB
I PENDAHULUAN ………………………..
BAB
II PEMBAHASAN…………………………..
2.1 Latar Belakang................................................
2.2 Pengaruh
Leninisasi Terhadap Perkembangan
Pemikiran Islam...............................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................
3.2 Saran............................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Mengkaji tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam pada era
awal, berarti melihat dari dekat berbagai komponen dan sistem serta metode yang
digunakan dalam pelaksanaan pendidikan pada masa itu. Ditinjau dari kaca mata
sejarah sebenarnya proses penciptaan lembaga pendidikan Islam tersebut
sangatlah bersifat demokratis. Hal ini dapat kita lihat dalam proses penciptaan
manusia pertama, misalnya Allah SWT telah melakukan dialog dan perdebatan
lansung dengan makhluknya, yaitu Malaikat. Sebagai kompetensi dasar Allah SWT ajarkan
bagi Nenek Moyang kita Nabi Adam AS, bermacam-macam nama benda. Di saat
dilakukan ujian komprehensif antara Malaikat dan Nabi Adam AS oleh Allah SWT, Nabi
Adam pada waktu itu dinyatakan berhasil menguasai kopetensi dasar dibandingkan
Malaikat.
Proses itu berlanjut, dilaksanakan oleh Allah SWT dalam
penyampaian wahyu kepada para Nabi dan Rasul-Nya di permukaan bumi ini.
Walaupun pada saat itu, informasi data sejarah belum terungkap lembaga seperti
apa yang digunakan oleh Allah SWT di waktu itu. Tetapi proses yang dilaksanakan
melalui lembaga pendidikan tersebut telah berhasil melakukan change of
knowledge dan change of value kepada peserta didiknya, yaitu para Nabi
dan Rasul.
Melalui tulisan singkat ini kami akan mencoba membahas pada
bab II lebih dalam bagaimana latar belakang lahirnya lembaga pendidikan Islam
serta lembaga-lembaganya seperti Shuffah, Kuttab, Halaqah, Masjid,
Perpustakaan, Majlis, Rumah-rumah Ulama, Rumah Sakit dan Badiah ( Padang Pasir,
dusun tempat tinggal Badui ).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Berkembangnya Lembaga Pendidikan Islam
Masyarakat di luar Arab yang menerima Islam, pada umumnya
telah hidup dalam suatu sistem budaya yang telah berkembang, melebihi
perkembangan sistem budaya bangsa Arab pada masa turunnya Islam. Islam adalah
agama fitrah, agama yang merupakan potensi dasar manusiawi dengan landasan
petunjuk Allah. Pendidikan Islam berarti menumbuhkan dan mengembangkan porensi
fitrah tersebut dan mewujudkan dalam sistem budaya manusia yang Islami pada
masa pertumbuhan kebudayaan Islam, terjadi dialog yang seru antaraa
prinsip-prinsip budaya Islami sebagimana yang terangkum dalam al- Quran dengan
budaya yang telah berkembang pada masa itu. Bentuk konkritnya adalah timbulnya
berbagai aliran dan mazhab dalam berbagai aspek budaya Islam.
Pendidikan Islam pada hakikatnya ialah proses mewariskan
nilai budaya Islam kepada generasi muda dan mengembangkannya sehingga mencapai
dan memberikan manfaat maksimal bagi hidup dan kehidupan manusia sesuai dengan
tingkat perkembangannya, pendidikan Islam masa pada ini berarti penanaman
secara luas nilai dan kebudayaan Islam agar tumbuh dangan suburnya dalam
lingkungan yang lebih luas.
Masyarakat di luar Arab yang menerima Islam, pada umumnya
telah hidup dalam suatu sistem budaya yang telah berkembang, melebihi
perkembangan sistem budaya bangsa Arab pada masa turunnya Islam. Islam adalah
agama fitrah, agama yang merupakan potensi dasar manusiawi dengan landasan
petunjuk Allah. Pendidikan Islam berarti menumbuhkan dan mengembangkan porensi
fitrah tersebut dan mewujudkan dalam sistem budaya manusia yang Islami pada
masa pertumbuhan kebudayaan Islam, terjadi dialog yang seru antaraa
prinsip-prinsip budaya Islami sebagimana yang terangkum dalam al- Quran dengan
budaya yang telah berkembang pada masa itu. Bentuk konkritnya adalah timbulnya
berbagai aliran dan mazhab dalam berbagai aspek budaya Islam.
Para sahabat mengalami masalah setelah Nabi Muhammad Saw
wafat, seperti masalah siapa dan bagaimana menggantikannya. Sistim poitik dan
kepemimpinan ini mengalami perubahan-perubahan pada masa-masa berikutnya dan
berakhirnya dengan berhasilnya Muawiyah merebut kekuasaan dan memutuskan bahwa
kekhalifahan adalah jabatan yang turun temurun.
Dengan berkembangnya sistim politik tersebut berkembang pula
corak dan pola kehidupan masyarakat. Pola kehidupan lama oleh sebagian
masyarakat ingin dipertahankan, sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan
baru yang dihadapi oleh para sahabat, seperti timbulnya masalah-masalah hukum
yang baru sifatnya sehingga mendorong para sahabat untuk menetapkan ketentuan
hukum.
Berhadapan dengan pemikiran theologis dari agama Kristen
yang sudah berkembang sebelum datangnya Islam, maka berkembang pula sistem
pemikiran Islam. Timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat theologis, yang
kemudian dikenal dengan sebutan ilmu Kalam. Pada masa Nabi Muhammad SAW
pemikiran belum banyak berkembang, karena segala permasalahan bisa ditanyakan
lansung kepada beliau. Setelah beliau wafat dan umat Islam mengalami berbagai
permasalahan baru, maka pemikiran-pemikiran tersebut mulai muncul dan
berkembang[1].
Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Sebelum Kebangkaitan
Madarsah, diantaranya :
1.
Shuffah.
Pada masa Rasulullah Saw, shuffah adalah suatu tempat yang
dipakai untuk aktifitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan
bagi mereka pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin. Disini para siswa
diajarkan membaca dan menghafal al Quran secara benar dan hukum Islam dibawah
bimbingan lansung dari Nabi. Dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah
juga menawarkan pelajaran dasar dasar berhitung, kedokteran, astronomi, dan
geologi[2].
2.
Al Kuttab/ Maktab
Alkuttab merupakan lembaga pendidikan Islam yang terlama, Alkuttab
didirikan oleh orang Arab pada masa Abu Bakar, yaitu sesudah mereka melakukan
penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan
bangsa-bangsa yang telah maju.
Menurut Asma Hasan
Fahmi, dalam bukunya Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam, al Kuttab
didirikan oleh seorang Arab untuk mengajarkan al Quran pada anank-anak. Di masa
Nabi Saw, karena perkembangan umat Islam yang semakin banyak belajar agama,
termasuk anak-anak yang dikhawatirkan akan mengotori Masjid, maka muncullah
lembaga di samping Masjid dengan sebutan al Kuttab.
Setelah Islam datang, bentuk dan fungsi Kuttab tidak
mengalami perubahan. Pada awal Islam sampai pada era Khulafaur Rasyidin, secara
umum dilakukan tanpa ada bayaran. Di antara penduduk Mekkah yang mula-mula belajar
menulis huruf Arab di Kuttab adalah Sofyan bin Umayyah bin Abdul Syams dan Abu
Qais bin Abdul Manaf bin Zuhroh bin Kilab. Keduanya belajar dari Basyr bin A.
Malik yang mempelajarinya dari Hirah.
Sejak abad ke-8 M, kuttab mulai mengajarkan pengetahuan umum
di samping ilmu agama Islam. Hal ini terjadi akibat perseteruan Islam dengan
warisan budaya Helenisme sehingga banyak mengalami perubaahan dalam bidang
kurikulum pendidikan Islam[3].
Alkuttab memegang peranan pentung dalam kehidupan Islam karena mengajarkan al
Quran bagi anak-anak dianggap satu hal yang amat perlu, sehingga kebanyakan
para ulama berpendapat mengajarkan al Quran bagi anak-anak semacam fardu
kifayah. Disamping itu Nabi sendiri menyatakan bahwa belajar itu sangat perlu,
sehingga beliau mewajibkan tiap-tiap tawanan perang badar untuk mengajarkan dua
belas orang anak-anak orang muslim sebagai ganti tebusan perang[4].
Kepandaian tulis baca dalam kehidupan sosial dan politik umat
Islam ternyata memegang peranan penting, sejak masa Nabi Muhammad Saw digunakan
sebagai media komunikasi dakwah kepada bangsa-bangsa di luar bangsa Arab. Pada
mulanya, di awal perkembangan Islam, Kuttab dilaksanakan di rumah guru-guru
yang bersangkutan dan yang diajarkan adalah semata-mata menulis dan membaca,
kemudian pada abad pertama hijriah mulai timbul jenis Kuttab, yang di samping
memberikan pelajaran menulis dan membaca juga pokok-pokok ajaran agama[5].
3.
Halaqah
Halaqah artinya lingkaran, yaitu proses belajar-mengajar
dilaksanakan dimana murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk
lantai menerangkan, membacakan karangannya atau memberikan komentar atas karya
pemikiran orang lain. Kegiatan halaqah ini bisa terjadi di Masjid atau di rumah-rumah[6]. Kegiatan halaqah ini tidak khusus untuk mengajarkan atau
mendiskusikan ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.
Oleh karena itu, halaqah ini dikelompokkan kedalam lembaga pendidikan Islam
yang terbuka ilmu pengetahuan umum[7].
4.
Majlis
Istilah majlis telah dipdakai dalam pendidikan sejak abad
pertama Islam. Mulanya ia merujuk pada arti tempat-tempat pelaksanaan
belajar-mengajar. Pada perkembangan berikutnya di saat dunia pendidikan Islam
mengalami zaman keemasan, majlis berarti sesi dimana aktivis pengajaran[8]
atau diskusi berlansung. Seiring berkembangnya
pengetahuan dalam Islam, majlis digunakan sebagai transfer ilmu pengetahuan
sehingga majlis banyak ragamnya.
5.
Masjid
Sejarah pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan Masjid,
karena itu bila kita membicaarakan Masjid berarti kita membicarakan suatu
tempat yang dipandang sebagai tempat yang asasi untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam. Lingkaran-lingkaran pelajaran telah diadakan
di Masjid semenjak Masjid didirikan dan keadaan itu berjalan terus sepangjang
masa, dengan tidak putus-putusnya diseluruh negeri Islam[9].
Proses yang mengantar Masjid sebagai pusat dan pengetahuan
adalah karena Masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir
dan mengenal dasar-dasar, hukum-hukum dan tujuan-tujuannya. Semenjak didirikan Masjid
di zaman Nabi Saw, Masjid telah menjadai pusat kegiatan dan informasi bebagai
masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun social ekonomi[10]
Kurikulum pendidikan di Masjid biasanya merupakan tumpuan memperoleh
pejabat-pejabat pemerintahan, seperti Qadhi, Khatib dan Imam Masjid. Melihat
antara Masjid dan kekuasaan hal ini dapat dikatakan bahwa Masjid merupakan
lembaga pendidikan formal[11].
6.
Rumah-rumah Para Ulama
Walaupun sebenarnya, rumah bukanlah tempat yang baik untuk
memberikan pelajaran umum pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan
menjadi tempat belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini pada umumnya
disebabkan para ulama dan ahli ilmu yang bersangkutan tidak mungkin memberikan
pelajaran di Masjid, sedangkan para pelajar banyak yang berminat untuk
mempelajari ilmu darinya[12].
Nabi Muhammad Saw menjadikan rumah Arqam bin abi Arqam
sebagai tempat berkumpul para sahabat dalam menyampaikan wahyu yang diterima
dari Allah swt melalui malaikat Jibril, ini membuktikan bahwa rumah merupakan
lembaga pendidikan pertama dalam Islam[13].
7.
Toko-toko Buku dan Perpusakaan
Pada permulaaan Bani Abbasiyah, dimana ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan
kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko
kitab. Pada mulanya toko-toko buku tersebut berfungsi sebagai tempat berjual
beli kitab-kitab yang tela ditulis dalam berbagai ilmu pengetahuan yang telah
berkembang dimasa itu.
Kemudian toko-toko tersebut berkembang fungsinya bukan hanya
sebagai tempat berjual beli kitab-kitab saja, tetapi juga merupakan tempat
berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli ilmu pegetahuan lainnya, untuk
berdiskusi, berdebat, bertukar fikiran dalam berbagai kajian Ilmiyah dan juga
berfungsi sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam[14].
Di samping toko buku, perpustakaan juga memiliki peranan
penting dalam kegiatan transmisi keilmuan Islam. Perpustakaan-perpustakaan
dalam dunia Islam pada masa jayanya, menjadi aspek budaya yang penting,
sekaligus sebagai tempat belajar dan sumber pengemban ilmu pengetahuan[15].
8.
Rumah Sakit
Rumah Sakit pada zaman klasik bukan saja tempat merawat dan
mengobati orang-orang yang sakit,tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang
berhubungan dengan pengobatan dan perawatan. Pada masa itu, penelitian dan
percobaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan juga dilaksanakan sehingga
ilmu kedokteran dan obat-obatan berkembang cukup pesat[16].
Rumah Sakit juga merupakan tempat pratikum dari
sekolah-sekolah kedokteran yang didirikan di luar rumah sakit, tetapi tidak
jarang juga sekolah-sekolah kedokteran tersebut didirikan tidak terpisah dari
rumah sakit. Dengan demikian ruah sakit dalam dunia Islam juga berfungsi
sebagai lembaga pendidikan[17].
9.
Badiah ( Padang Pasir,
dusun tempat tinggal Badui )
Sejak berkembang luasnya Islam, bahasa Arab digunakan
sebagai bahasa pengantar oleh bangsa-bangsa di luar bangsa Arab yang beragama Islam
terutama di kota-kota yang banyak pencampuran dengan bahasa-bahasa lain, maka
bahasa Arab berkembang luas, tetapi bahasa Arab cenderung kehilangan keaslian
dan kemurniannya.
Oleh karen itu, badiah-badiah menjadi tempat pelajaran
bahasa Arab yang asli dan murni. Sehingga banyak anak-anak Khalifah,
Ulama-ulama, dan para Ahli Ilmu pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka
mempelajari ilmu bahasa dan kesastraan Arab. Dengan begitu, badiah-badiah telah
berfungsi sebagai lembaga pendidikan[18].
A.
Pengaruh Helenisasi Terhadap Perkembangan Pemikiran Islam
Helenisasi merupakan suatu proses perubahan peradaban, dari
peradaban Barat ke peradaban Islam. Masyarakat yang berada di bawah naungan
Kristen yang cenderung menolak ilmu pengetahuan dan budaya berfikir atau
filsafat dan bapak-bapak gereja Kristen menggunakan perbahasa untuk kebencian
mereka pada pengetahuan “ ketidaktahuan adalah sumber kesalahan” atas anjuran
bapak-bapak gereja perpustakaan di bumi hanguskan, sekolah filsafat ditutup,
pengajar diusir dan melarang orang-orang membaca karya para pengarang Yunani
dan Romawi Kuno.
Para ilmuwan dianggap kafir dan keluar dari agama Masehi,
mereka dihina disiksa, dan dihukum dengan berbagai macam hukuman, para wali
gereja dilanda pelanggaran moral yang menolak jabatan-jabatan gereja diperoleh
dengan tipu daya, kemarahan hati, kelonggaran, jadi bangsa barat mengalami masa
kegelapan akibat doktrin gereja.
Sebagian ilmuan itu lari diri ke Asia dan menetap di Syiria,
Irak dan Jazirah Arab. Di sana para ilmuan itu bebas mengajarkan ilmu dan
filsafat Yunani. Saat dunia Barat berada pada masa kegelapan terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan akibat dari doktrin gereja, dunia Islam sibuk melakukan
pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga
melahirkan peradaban yang bernilai tinggi. Hal ini didorong dari segi internal
berupa ajaran Islam yang sangat mendorong umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dimana wahyu pertama Nabi Muhammad adalah perintah Iqra’ yang menunjukkan bahwa
ajaran Islam memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Dan
didorong dari segi eksternal diperoleh melalui kekeuatan system pendidikan yang
integral dan dinamis, serta dorongan dari para penguasa dengan menyediakan
sarana-sarana yang dibutuhkan oleh para ilmuan dalam mengembangkan
teori-teorinya bahkan menghargai temuan-temuan para ilmuan dengan harga yang
sangat tinggi[19]. Dengan adanya helenisasi ini sangat menguntungkan bagi
pendidikan Islam, adanya transfer ilmu pengetahuan memajukan umat Islam dari
bangsa barat.
Kurikulum yang diajarkan pada lembaga pendidikan Islam pada
periode awal hanyalah ilmu agama. Namun setelah adanya persentuan dengan
peradaban helenisme, maka pelajaran yang ditawarkan tidak hanya ilmu agama,
tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti filsafat, matematika dan kedokteran.
Atas dasar ini, lembaga pendidikan Islam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan informal. Lembaga pendidikan
yang informal biasanya menawarkan pelajaran umum sementara yang formal, tidak.
Di sini tampak bahwa ketika itu telah muncul pandangan
dikotomi antara pengetahuan umum dan agama di lingkungan lembaga pendidikan Islam.
Hal ini terjadi sebagai akibat perseteruan antara Islam dan peradaban
helenisme. Pandangan dikotomi tersebut masih berlansung hingga sekarang.
Padahal, Islam tidak mengenal adanya perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu
umum. Bahkan sebaliknya, puncak sejarah dan peradaban Islam justru terjadi
ketika menyatunya pengetahuan agama dengan pengetahuan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keberadaan lembaga pendidikan Islam merupakan jawaban
terhadap zaman, muncul, tumbuh, mengakar dari dalam masyarakat. Salah satunya
adalah lembaga pendidikan Islam. Muncul setelah Allah memberikan amanah kepada Nabi
Muhammad Saw di Gua Hira, ditandai dengan turunnya surat al Alaq ayat 1-5.
Tuntutan wahyu pertama ini menghendaki manusia pada waktu itu harus melakukan
proses pendidikan dan pembelajaran.
Instruksi Allah SWT tersebut dilaksanakan oleh Rasulullah
Saw dengan mengumpulkan para sahabatnya di rumah Arqam bin Arqam sekaligus
lansung bertindak sebagai Mudarris. Maka berlansunglah institusi lembaga
pendidikan Islam pertama dalam Islam, kemudian dikembangkan dalam bentuk Kuttab
Shuffah, Halaqah, Masjid, Perpustakaan, Majlis, Rumah-rumah Ulama, Rumah Sakit
dan Badiah (Padang Pasir, dusun tempat tinggal Badui)
B.
Saran
Demikialah revisi makalah
ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, namun juga tidak terlepas dari saran
dan kritikan yang membangun dari pemabaca yang budiman untuk penyempurnaan
keilmiahan makalah ini dimasa yang akan
datang. Besar harapakan kami, semoga makalah ini bermamfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah,
Hanum, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Logos,1999
Fahmi,
Asma Hasan, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang,1979
http://azmi1803.wordpress.com/2009/03/05/20/
Nata,
Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali press, 2004
Nizar,
Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,2007
Salabi,
Ahmad, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintag, 1973
Zuharaini,dkk,
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1997
[1] Zuhairi dkk, Sejarah
Pendidikan
Islam Bumi
Aksara, 1996, h, 107
[2] Abuddin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam, Rajawali Press. h, 31-32
[3] Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group. h, 113-114
[4] Asma Hasan
Fahmi,
Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang. h, 30
[5] Zuharaini dkk,
Sejarah
Pendidikan Islam, bumi aksara. h, 90
[6] Harun Asrohah,
Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta, Logos,1999. h, 49
[7] Abuddin nata, Sejarah
Pendidikan Islam, Rajawali Press, 2004. h, 34-35
[8] Opcit. h,51
[9] Ahmad Salabi, Sejarah
Pendidikan Islam, Bulan Bintang. h, 92
[10] Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group. h, 116-117
[11] Harun Asrohah,Sejarah
Pendidikan Isalm, Jakarta, Logos. h, 59
[12] Zuharaini dkk,
Sejarah
Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1997. h, 95
[13] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Kencana
Prenada Media Group. h, 111
[14] Ibid. h, 94
[15] Abuddin Nata, Sejarah
Penndidikan Islam, Rajawali Press. h, 41
[16] Ibid. h, 41
[17] Zuharaini dkk,
Sejarah
Pendidikan Islam. Bumi Akssara. h, 98.
[18] Ibid. h, 96-97
0 komentar:
Posting Komentar